Senin, 16 Januari 2012
Assalamualaikum Wr.Wb
Di awali dengan
BISMILLAHIRRAHMAN
NIRRAHIM
Teman dan para
sahabat yang budiman izinkan Aku untuk menulis sebuah cerita di atas lembaran
kertas ini.
Cerita ini adalah kisah nyata
yang di ambil dari seseorang yang tidak ingin statusnya di ketahui,
mudah-mudahan dalam cerita ini ada manfaatnya baik, buruk nya perilaku dalam
cerita ini.
Teman
dan para sahabat yang budiman.
Sebuah cerita dalam judul
‘’PENGORBANAN SEORANG ANAK’’
Menceritakan tentang keluarga
yang bercerai,sang Ayah yang di banggakan pun meninggal,seorang anak itulah
yang berkorban dalam keluarganya.
Bagaimana cerita selanjutnya
,,,,,?
Silahkan teman dan para sahabat
membacanya ....?
Tak luput dari kesalahan, dan
kekurangannya, dalam menulis cerita ini Aku mohon maaf yang sebesar-besarnya.
SELAMAT
MEMBACA ,,,,,,,
WASSALAM
,,,,,,,
Cerita ini di buat pada
tanggal : 03-11-2011
Penulis ide cerita : JIHAN.N.RACHMAN
***
MASA KENANGAN YANG INDAH
Pada suatu hari Aku tinggal di sudut kota
besar yang dulunya masih sepi, dan sunyi tapi sekarang kota itu sudah ramai di
Ibu kota JAKARTA. Aku tinggal bersama kakak kandungku, sebut saja dia ‘’AL’’ serta Ayah, Ibu tiriku, dan
kedua adik ku yang berbeda Ibu. Sejenak Aku merasakan bahagia, karena Ayah ku sangat menyangi ku, serta kakak ku yang bernama AL, dia gadis yang bisu. tapi Aku senang karena
kakak ku selalu mengalah padaku. di lain sisi Ibu tiri ku sangat berbeda sikap pada ku, dan juga kepada kakak ku. Tetapi Ayah selalu memperhatikan ku.
“Dewi, kamu sudah sarapan belum?”
Teriak Ayah pada ku.
“Belum yah !!” Tegas ku pada
Ayah.
“Ayo sini, bareng sarapan sama
Ayah”
“Iya yah” jawabku, Lekas Aku pun
pergi menghampiri Ayah.
Tapi Ibu tiri ku berbeda, seperti
dia tidak senang aku makan bersama Ayah. apa yang Aku ambil Ibu selalu melotot
kesal.
“Wiii, ambil tuh telur dadarnya?”
kata Ayah
“Tapi yah! ada yang melotot tuh “
jawabku sambil melirik ke arah Ibu tiri ku.
“Siapa ? udah ah.. jangan di
lihat”
Ayah malah mengambilkan Aku
telur. tak lama kemudian Ayah pun pergi bekerja, setelah Ayah berangkat, aku
bergegas ke belakang. Pikir ku Ibu pasti marah. Baru saja Aku melangkah.
“DEWI !!!!! SINI KAMU !! “
“Iya bu, ada apa ?” jawabku.
“Ada apa, ada apa. apa maksud
kamu tadi, ada yang melotot hah ?”
“Iya kan, tadi Ibu melot “ ejek
ku
Dan Akupun berlari ke kamar, Ibu
tiri ku terus berbicara, memarahi ku, tapi Aku tak peduli. Akupun malah
bernyanyi.
“Ibu tiri hanya cinta kepada
Ayahku saja .......”
Ibu tiriku pun, tambah marah,dan
memukul pintu kamarku. Aku pun bergegas pergi ke Sekolah, dan tak menghiraukan
amarah Ibu ku.
“Awas, Ibu akan adukan sama Ayah
kamu !!!!!!!!!!.”
Biasanya, pukul 4 sore, Ayah ku
pulang, dan Aku pulang dari sekolah pukul 5 sore. Setibanya di rumah, Aku
melihat Ibu sedang berbicara dengan Ayah.
Pikirku, Ibu pasti sedang
mengadu.
“Dewi, baru pulang ? cepat mandi
dulu” kata Ayah
“ Iya yah ?” jawabku sambil
tersenyum, Aku senang melihat wajah Ayah yang ramah. tapi, melihat yang ituuuuh
adduuuuuuh jauh berbeda.
Tak lama kemudian, Aku dipanggil
Ayah. Baru saja Aku duduk, Ibu tiriku sudah memarahi ku. Mangadukan Aku ke Ayah
kejadian yang tadi, tapi Ayah hanya tersenyum, melihat Ayahku tersenyum, Ibu
tiriku tambah marah.
“Ayah ini gimana, bukan di
marahin malah tenang-tenang aja ”
“Sudah-sudah“ jawab Ayahku dengan
wajah tenangnya.
“Dewi kamu jangan gitu yah, sama
Ibu kamu” kata Ayah sambil memeluk ku.
“Iya yah, tapi benerkan yah, Ibu
tiriku hanya cinta sama Ayah saja. kalau sama Aku tuh benci banget yah” jawab
ku sambil berbisik manja ke telinga Ayah. Ayah ku pun tertawa.
“Hehehehe.. Tidak, Ibu kamu tuh
sayang sama kamu, kamu nya saja yang nakal” kata Ayah, Akupun tersenyum melihat
Ayah sangat memperhatikanku, sangat menyayangiku, dan kakakku Akupun bahagia
bahwa Ayah tidak terpengaruh oleh Ibu tiriku.
***
AYAH, AKU LELAH
Pada
suatu hari, Ayah dan Ibu tiriku bertengkar. Karna seringnya mereka bertengkar. suatu hari Ibuku minggat dari rumah, meninggalkan kami semua,
serta adik ku yang
masih kecil. Ibu tiri ku membawa adik ku yang masih bayi. singkat cerita, Ayah
ku menyusul
Ibu serta adikku yang masih kecil. sampai akhirnya mereka
memutuskan untuk bercerai.
Kedua adikku bernama “ITA” bayi
yang berumur 9 bulan, kakaknya berumur 2 tahun yang bernama “Nina”.
Teman pembaca yang baik, bayangkan Aku yang baru duduk d bangku kelas 4 SD Aku menggantikan posisi Ibu tiri ku untuk mengurus kedua adik ku yang masih kecil. Kakak ku yang
bisu, dan Ayah ku. Ayah ku menyerahkan itu semua kepada ku dan di bantu oleh nenek ku. Setiap
malam, Aku bangun untuk membuatkan susu
untuk adik ku. bilamana dia menangis tengah malam.
“Ayah, air panasnya sudah habis.”
“Iyah Ayah masakan air
panasnya,,,” kata Ayah, sambil menunggu Ayah, Aku menggendong adikku yang
nangis.
“Jangan nangis sayang, nanti ya ?
Ayah lagi masak airnya dulu”
Tak lama kemudian Ayahpun tiba,
lalu diberikanlah susu itu kepada adik ku.
Pukul
05.00 wib, pagi-pagi Aku sudah bangun untuk
menyiapkan makan,
Akupun menyuapi ke dua adik ku sambil menggendong. Ayah membantu untuk
membersihkan rumah, lalu Ayah berangkat bekerja. setelah selesai menyuapi kedua
adik ku, Akupun lalu memandikan dan menidurkan adik ku.
“nina bobo.. oh nini bobo.. kalau tidak bobo
di gigit nyamuk” nyanyian itulah yang sering Aku nyanyikan, untuk menina
bobokan adik-adikku, setelah ke dua adikku pada tidur,
Akupun bergegas mencuci piring,
mencuci pakaian, dan mengepel
tidak lupa pula menyetrika
pakaian, sampai pukul 12.00 siang.
oh iya para sobat, Aku sekolah
masuk bagian siang pukul 12.30. lalu Aku berangkat ke sekolah yang sudah
menidurkan adikku, tidak lupa Aku menitipkan kepada nenek dan kakak ku yang
bisu. dengan gerakan yang Aku dan kakakku pahami, pukul 12 siang Aku baru
berangkat dari rumah. kadang Aku berjalan kaki ke sekolah, karena keuangan
Ayahku mulai berkurang, dikarenakan Ayah mulai sakit-sakitan. kadang Aku
berlari kesekolah yang jarak jauhnya, kira-kira 3km. Sobat, Akupun sering
terlambat, karena seringnya Aku terlambat. Akupun sering ditegur oleh pak guru,
karena waktu Aku tiba ke kelas, pelajaran pun sudah dimulai.
”Maaf pak, saya terlambat”
“Kenapa lagi kamu terlambat”
Tegas pak guru.
“Saya sa..saya jalan kaki Pak”
Dengan gugup Aku menjawab. seringnya Aku membuat alasan, tapi alasan itu yang
benar-benar Aku lakukan. Pak guru pun memahami keadaan ku.
“Ya sudah, duduk di tempatmu”
“Baik Pak, Terima kasih Pak”
jawab ku.
mungkin Pak guru kasian dengan
ku, atau bosan dengan alasanku. Atau juga... Hmmm.. entahlah. terkadang Aku
kesal kesekolah dengan berjalan kaki, kadang juga senang, karna Aku sering
menemukan uang di jalan ketika berlari. terkadang Aku berpikir.
”Hmm... Allah memberi Aku upah”
pikirku walaupun jantung ini dag... dig... dug... berdebar dengan kencang habis
berlari. sambil mengusab keringat di dahiku, terasa hilang semua rasa cape.
ketika menemukan uang di pinggir jalan tersebut.
Pukul 4 sore Ayahku pulang dari
kerjanya, kira-kira pukul 5 sore Aku pulang dari sekolah. Akupun mengeluarkan
jurus andalanku, jurus kaki seribu, alias lari kencang. Teman
itulah yang Aku alami, Aku lakukan hari demi hari tiada henti. semua pekerjaan
orang dewasa Aku lakukan demi adik ku, kakak ku yang bisu serta Ayahku yang
tercinta.
Sobat, bayangkan betapa lelahnya tenaga ini. dari kelas 4 SD sampai kelas 6 SD Aku lelah sampai sekarang. masih panjang perjalanan hidupku.
Sobat, bayangkan betapa lelahnya tenaga ini. dari kelas 4 SD sampai kelas 6 SD Aku lelah sampai sekarang. masih panjang perjalanan hidupku.
***
DUKA SEAKAN BERSAHABAT
Pada suatu hari Ayah ku jatuh sakit. Ayahku sakit bisa di bilang parah, selama sakit Ayahku berpesan untuk menjaga kedua adikku serta kakakku. Selama empat hari Ayahku semakin parah, tubuhnya pun semakin lemah. makan, minum sudah tidak mau.
Teman dan sahabatku, semakin berat beban yang Aku pikul, Aku jalani sendiri tanpa di bantu Ayah, dengan usia ku yang baru duduk di kelas 6. karena terlalu parahnya kondisi Ayah ku, sampai ia tidak sadar dengan apa yang ia ucapkan. sampai ada suara ayam berkokok pun, Ia meniru apa yang ia dengarkan. singkat cerita, Aku malas tuk pergi ke sekolah. Karena, Aku gak tega meninggalkan Ayah dalam kondisi begini.
Ayah ku memanggil. ’’Dewi belum
berangkat sekolah.’’??
“Belum yah, Aku gak sekolah
yah.”??
“Sekolah dewi, kamu adalah
harapan Ayah”
“Tapi yah, Ayah sama adik gimana.”
??
“Biar Ayah sama nenek aja”
“Iya gak apa-apa biar sama uwa
aja” Aku menoleh ke arah uwa yang baru saja datang.
Aku tetap tidak mau sekolah,
karena Aku mendapat firasat di dalam mimpi, kalau Ayahku di jemput dengan dua
orang di dalam mobil. lalu Ayahku ikut ke dalam mobil, sambil melambaikan
tangan ke arah ku , Akupun terkejut melihat Ayah pergi.
“Ayaaaaaaaaa,,,,,,,,,,,,h Ayah
mau kemana ,,,? Ayaaaaah “
Semakin menangis dan berlari
semakin jauh semakin jauh mobil itu melaju, Akupun terjatuh. Ayah terus
melambaikan tangannya sambil tersenyum. Akupun terbangun dan melihat Ayah masih
terbaring di tempat tidur, Aku tatap wajah Ayah yang sudah pasrah dengan
keadaannya.
Keesokan harinya Aku tidak ingin
pergi ke sekolah Aku takut Ayah pergi seperti pirasat dalam mimpi.
Tapi Ayah ku tambah marah.
Teman dengan berat Aku berangkat ke sekolah, sesampainya ke sekolah Aku gelisah pikiranku pun melayang.
Teman dengan berat Aku berangkat ke sekolah, sesampainya ke sekolah Aku gelisah pikiranku pun melayang.
Dalam mengerjakan soal, Aku tidak konsentrasi pada soal yang di berikan guru, tak terasa air mata pun menetes. lalu Aku melihat ke arah luar, ada saudaraku yang melompat-lompat ke arah jendela sekolah. ke khawatiranku tambah kuat, jangan-jangan Ayahku ?. Tapi ke 2 saudaraku tidak berani menghadap Pak guru.
Aku mengerti dengan isyarat
saudaraku, dengan memberanikan diri Aku menghadap guru.
“Pak maaf, di luar ada saudara
saya ingin bertemu dengan saya“
“Siapa ? laki-laki atau perempuan
?”
“ Perempuan pak.“
“Seharusnya dia yang mengetuk
pintu bukan kamu yang keluar.”
“Gak tau pak.“ jawab ku, Dengan
air mata yang terus mengalir.
“Kenapa kamu nangis ?” tanya Pak
guru, dengan rasa khawatir.
Aku hanya meggelengkan kepala
karena tak kuat untuk menjelaskannya.
“Ya sudah duduk kembali biar
bapak yang keluar.”
Pak guru pun keluar untuk menemui
saudaraku. Tak lama kemudian, pak guru pun memanggil ku kembali dengan wajahnya
yang sendu, tambah yakin sudah pikiranku.
“Dewi sini sebentar”
“Iya pak”
“Sekarang kamu pulang dulu, kamu
harus kuat ya ?”
“Emang kenapa pak ? Apa kata
saudara saya pak?” dengan Air mata yang terus mengalir.
“Kamu jangan nangis, gak ada
apa-apa kok .”
“Iya pak “ Sambil mengusap air
mata. entah kenapa air mata ini terus menerus mengalir seakan-akan mata ini
tau, Aku pasti menangis.
Aku pun berpamitan sama bapak
guru
“Eh lo... kenapa sekolah ??”tanya
saudaraku yang seumuran dengan ku, namanya “SANTI” dan “YULI”.
“Kan di suruh sekolah, emang
kenapa ?? Ayah ya ??”
“Enggak, enggak ada apa-apa kok.
ayo cepet pulang!!!!”
“Sebentar ke wc dulu yuk !!!”
“Emang mau apa??”
“Aku mau lihat ke cermin, malu
gak? Aku keliatan habis nangis.”
“Enggak, udah gak apa-apa, naik
mobil ini “
Selama di perjalanan, ke 2
saudaraku saling senggol-senggolan sambil dia berkata.
“Udah kasih tau aja.”
“Jangan nanti pingsan gimana ??”
Aku pun curiga sama Santi, dan
Yuli. Kemudian Aku turun dari mobil selama perjalanan ke arah rumahku, mereka
saling tutup mulut.
“Santi, Yuli ada apa sih ??”
Tegas ku, dengan rasa kesal melihat tingkah mereka yang seolah-olah
menyembunyikan sesuatu.
“Enggak, enggak ada apa-apa kok”
Jawab Yuli, dengan santai.
“Ayah enggak kenapa-napa kan ??”
“Enggak”
“Tapi itu banyak orang-orang yang
bawa baskom ??”
“Gak tau”
“Ah bohong, itu kok ke arah rumah
kita “
Tak terasa air mata ku pun terus
mengalir, ketika Aku melihat tetanggaku menebang pohon pisang.
“San, Yul itu kan?
Ayaaaaaaaaaaaaah! ayaaaah...! ayaaaaaaaah jangan tinggalin Dewi yah !!!!!!”
Aku pun berlari, tubuh ku terasa
ringan. sambil memanggil Ayah dan menangis, Aku pun pingsan tak sadarkan diri.
Tak lama kemudian Aku pun sadar,
Aku terus memanggil Ayah lalu Aku pingsan lagi. sampai berulang ulang kali.
“Wi, sadar wi......... kuatkan
hati kamu wi,”Aku pun mendengar, tak lama kemudian Aku pun terbangun.
“Ayaaaaaaa,,,,h kenapa Ayah
tinggalkan wi sendiri yaaah ,,,,,??????
Ayah tega!! tinggalkan dewi
dengan ke dua adik yang masih kecil dan kakak yang bisu. apa daya nya dewi
yaaaah? wi belum sanggup, wi belum mampu tuk nerima semua ini yaaaah”
Aku terus menangis meratapi
kepedihan ini, Aku pun berpikir. apa yang harus ku perbuat dengan cobaan ini ?
Aku pun memeluk adik ku yang sedang tidur pulas yang tidak mengerti dengan
semua ini, Aku pun menoleh ke arah kakak ku yang sedang duduk melamun.
menerawang matanya dengan tajam, entah apa yang di pikirkannya dan Aku pun
menghampirinya. dengan bahasa isyarat Aku pun menegur, tapi kakak ku pun tetap
diam. yang ku lihat hanya air mata yang mengalir di pipi nya, Aku pun mengusap
air mata nya sambil tersenyum agar dia tau bahwa dia tidak sendiri. Hari demi hari ku lakukan semampu
ku. apa yang Aku bisa ku kerjakan, tapi kakak Aku lah yang selalu bertingkah
aneh. ia selalu berdiri di balik jendela melihat ke arah jalan Ayah di makam
kan. kadang ia menangis, dan menjerit berbicara yang tak jelas seakan - akan
dia tidak menerima dengan semua ini. dia PROTES dengan nasib dan takdir ini,
dengan kondisi seperti ini tak lama kemudian kakak ku jatuh sakit dan lumpuh.
Sobat bayangkan betapa berat yang Aku jalani dengan ke dua adik yang masih kecil, kakak yang bisu dan lumpuh, juga nenek yang selalu menemaniku. singkat cerita , kakak ku pun meninggal dunia.
Sobat bayangkan betapa berat yang Aku jalani dengan ke dua adik yang masih kecil, kakak yang bisu dan lumpuh, juga nenek yang selalu menemaniku. singkat cerita , kakak ku pun meninggal dunia.
***
ADA RASA KANGEN
Tak lama kemudian, Aku pun meninggalkan Ibu kota jakarta. lalu pindah ke daerah jawa barat bersama adik, dan nenek ku. sebut saja kota bandung. Disana Aku beradaptasi dengan lingkungan dan sekolah ku yang baru, Oh iya sobat. setelah Ayah meninggal, banyak yang ingin mengangkatku sebagai anak angkat. tapi Aku menolak nya, karena tak tega meninggalkan kedua adik dan kakakku karena ini adalah amanat Ayahku untuk terus menjaga kedua adik dan kakak. Hari demi hari ku lewati dengan biasa, sejenak Akupun lupa dengan kesedihan-kesedihan yang pernah Aku alami. tak terasa berbulan-bulan lamanya. perasaan capek, kesal, dan rasa jenuh pun timbul, kadang Akupun PROTES dengan keadaan ini.
“Sampai kapan Ya Allah Aku harus
prihatin seperti ini, masa kecilku, masa remaja ku habis dengan keadaan ini”
Kadang Aku ingin kembali
masa-masa indah bersama Ayah, kadang Aku kangen dengan kehidupan yang lalu.
dengan sekolah, teman- teman ku, Guru-guru ku disana.
Semua guru, Aku hormati, ku
kagumi, ku sayangi. tapi ada satu guru yang pernah menasehati, waktu Aku sedih.
ketika Ayah meninggal. ia pernah berkata
“Dewi, kamu harus sabar, harus
ikhlas jangan sedih. umur manusia di ibaratkan pohon kelapa. gimana pemiliknya,
apabila pemiliknya ingin mengambil yang tua, maka di ambillah yang tua. yang
tua di ibaratkan orang yang dewasa. apabila pemiliknya ingin mengambil yang
muda, maka di ambillah yang muda. yang muda di ibaratkan anak remaja, yang
kecil di ibaratkan anak-anak atau anak yang masih di dalam kandungan. kalau
pemiliknya berminat mengambil, maka di ambillah yang kecil ataupun yang masih
dalam kandungan. maka ia pun meninggal, maka kita harus siap dan menerima apa
kehendak pemiliknya. Pemilik kita adalah ALLAH. Allah lah pemilik kita semua.”
Itulah nasihatnya, mengingat nasihat itu semakin kangen yang amat sangat Aku ingin bertemu guru-guru dan teman-teman disana. dengan rasa kangen yang mendorong, Aku pun pergi kembali ke jakarta. terasa lama rasanya dalam perjalanan ini, Aku lewati dengan senyuman.
Sesampainya di pinggir jalan, di
depan sekolah. Aku turun dan berdiri sambil berteriak.
“Horeeeeeee !! Aku sampe.....”
Aku kegirangan sambil menangis.
rasanya Aku tidak percaya, ingin cepat-cepat masuk ke sekolah itu. tapi Aku
malu, pintu gerbang itu sudah di tutup. sambil mendekati gerbang itu.
“Ibuuuuu, bapak, teman-teman. ini
Aku dewi “ Aku meratapinya, sambil memegang pagar gerbang sekolah.
Tak terasa air mata ku pun
mengalir.
“Aku kangen kalian? juga sekolah
ini ?”
Tak sadar Akupun naik pagar
tembok belakang sekolah dan melompatnya. Akupun berdiri sambil mendekati
Dinding Sekolah. selangkah demi selangkah. ku peluk, ku usap, ku cium dinding
sekolah itu. sambil menangis.
“Ini sekolah ku kan? Sekolahku
yang dulu. apa kabar semuanya?” sambil terus menangis
“Ini Aku dewi?” berulang-ulang
kali ku usap, ku peluk, ku dekap. seolah-olah Aku dapat memeluk sekolah ini.
rasa kangen ku kepada Ibu, bapak guru, teman-teman. ku tumpahkan ke dinding
tembok sekolah. Aku tak sanggup tuk bertemu Ibu, bapak guru dan teman-teman semua
yang telah berbuat baik pada ku. tapi Aku abaikan dan ku tolak, demi adik dan
kakakku.
“Terima kasih Ibu guru.......
terima kasih bapak guru........ terima kasih semua temanku. selama 6 tahun kau
selalu ada di hatiku dan tak akan ku lupakan.”
Sekian lama rasa kangen ini
kutumpahkan, terdengarlah suara bel istirahat. Akupun bergegas pulang dan naik
kembali.
“Selamat tinggal semuanya. semoga
sekolah ini semakin sukses.”
Sejenak Aku berdiri
“Maafkan segala ke salahanku.”
Teman dan sahabatku, Aku kembali menjalani kehidupanku seperti biasa. hari demi hari, Aku lewati semua ini seperti biasa. dengan hati tegar dan sabar. ini adalah kenyataan hidup, yang harus Aku jalani. semoga masa depan yang bahagia datang menghampiri ku, datang dalam hidupku.
Selesai
***
Pesan dan kesan :
Sobatku semuanya gunakanlah waktu
sebaik mungkin, tuntutlah ilmu setinggi-tingginya selagi ada kedua orang tuamu,
hormatilah kedua orang tuamu selagi mereka hidup. jagalah hati dan perasaannya,
jangan kau sakiti karna ridho Allah adalah ridhonya (orang tua).
Langganan:
Postingan (Atom)